“Buku ini judulnya banyak orang bertanya, maksudnya apa. Sebenarnya gak sengaja buat judul ini. Samua dimulai dengan filosofi hidup saya, semua manusia pernah menangis, setidaknya waktu terlahir di dunia. Saat itu orang tua dan orang-orang sekitar saya khususnya keluarga tertawa senang menyambut kelahiran saya. Nah, di akhir hayat saya ingin terbalik, orang lain menangis dan saya tersenyum. Setelah menjalani kehidupan ini orang-orang tersenyum saat mengenang saya,” kata Syarif.
“Dalam konteks politik saya, tangisan rakyat harus menjadi dasar setiap kebijakan politik saya bersama partai Gerindra,” sambungnya.
Sementara kalimat Catatan Aktivis Tanpa Angkatan, Syarif mengaku, dirinya tidak ingin memiliki beban sejarah seperti halnya aktivis tahun 1998 lalu, yang kini banyak mengemban amanah sebagai pejabat negara.
“Saya tidak ingin menjadi beban sejarah. Saya bukan angkatan 1998, angkatan 1990 juga bukan dan angkatan 1995 juga bukan,” kata Syarif.
“Ketika lulus tahun 1996, saya masih demo supaya menyalurkan aspirasi. Jadi saya tidak ingin menanggung beban sejarah yang saat ini pentolan-pentolan aktivis 1998 menjadi pejabat, karena itu saya ingin menyebut diri saya sebagai aktivis tanpa angkatan,” imbuhnya.